Generasi Alpha (Gen A) adalah lanjutan dari generasi Z. Mereka adalah anak-anak yang baru lahir setelah tahun 2010. Jadi, pada saat ini, generasi A yang paling tua baru berusia 5 atau 6 tahun. Mark McCrinddle menulis di Business Insider, gen A adalah generasi yang paling akrab dengan internet sepanjang masa.
Generasi ini bukan hanya menguasai teknologi, melainkan sudah terbenam ke dalam teknologi itu sendiri. Mereka lahir bersamaan dengan diperkenalkannya iPad, Insta-gram, dan WhatsApp. Generasi Alpha tidak berpikir tentang teknologi sebagai alat, mereka mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan mereka. Beberapa tahun lagi generasi ini akan begitu akrab dengan teknologi, sampai mereka tidak mampu hidup tanpanya.
Anak generasi Alpha, sejak dalam kandungan sudah diperkenalkan dengan teknologi informasi. Foto hasil USG atau bahkan foto hasil alat uji kehamilan (testpack) sudah diunggah di media sosial. Bahkan saat mereka masih balita mereka sudah dibuatkan akun sendiri di media sosial.
Seperti generasi Z (lahir kurang lebih antara 1995-2010), generasi alpha adalah pribadi-pribadi yang menggandrungi kewirausahaan. Mereka bahkan boleh jadi mulai berbisnis pada usia yang lebih dini. Dengan kata lain, mereka adalah generasi wirausaha.
Sejak dini, mereka memiliki akses yang lebih banyak kepada orang dan sumber daya. Bahkan, boleh jadi banyak yang mulai belajar merintis usaha sejak duduk di bangku sekolah menengah. Peluang mereka untuk sukses berwirausaha semakin besar lantaran sejak awal telah terlatih untuk berani mengambil risiko. Ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Di samping itu, waktu mereka untuk membangun citra dan reputasi juga lebih panjang.
Generasi alpha sudah akrab dengan telepon pintar bahkan sebelum mereka remaja. Telepon pintar ini semakin canggih saat mereka remaja, sehingga mereka cenderung meninggalkan komputer pribadi dan komputer jinjing. Generasi Alpha nantinya akan menjadi generasi cerdas dari generasi sebelumnya, karena teknologi semakin maju diikuti cara berkomunikasi dan bersosialisasi yang berubah. Mereka akan lebih ekspresif dan hitec karena berada di era informasi. Akan tetapi, generasi Alpha juga diprediksi memiliki kecenderungan kesepian lantaran jumlah saudara lebih sedikit dan lebih banyak berinteraksi melalui teknologi, cenderung cuek bahkan bisa mengarah ke antisosial.
Menurut Aldrin (Nugraho, 2015), generasi Alpha lebih pragmatis materialistik karena dibesarkan di era kemajuan teknologi. Mereka juga berpikir dengan sangat praktis, kurang memperhatikan nilai-nilai, lebih egois. Satu lagi, mereka cenderung memiliki berat badan berlebih karena hidup di era menjamurnya makanan cepat saji dan junk food.
Banyak hasil penelitian yang menunjukkan, abad 21 adalah abad Asia. Amerika akan tergeser oleh Tiongkok dan India hampir dalam segala hal. Menurut laporan IMF seperti yang dikutip
Daily Mail, Tiongkok sudah membalap Amerika dalam ekonomi. Hal ini membuat Amerika jatuh pada posisi kedua setelah 142 tahun berada di urutan pertama dalam kekuatan ekonomi.
“Ekonomi China kini $17,6 triliun, sementara ekonomi Amerika $17,4 triliun”, tulis Daily Mail.
Perubahan demografis dan kekuatan dunia pada tahun 2020 akan turut mempengaruhi sudut pandang Gen A. Ketika sebagian Gen Y dan Z masih menganggap Barat adalah pusat dunia, Gen A sudah memindahkan pusat dunia ke Asia.
Ini tentu saja mempengaruhi paradigma mereka dan merombak pemahaman mereka tentang dunia. Bisa jadi akan ada pengertian-pengertian baru yang mereka cetuskan. Kebudayaan dan etos Timur akan menjadi terkenal dan diterapkan sebagai standar di seluruh dunia.Gen A akan mengalami perubahan besar-besaran tahun 2020 ini dalam hidup mereka yang baru beranjak dewasa awal.
Secara garis besar menurut Dr. Neil Aldrin, M.Psi, Psikolog, dosen pascasarjana di salah satu universitas swasta di Jakarta, coach dan konsultan di perusahaan, serta trainer hipnoterapi. Ciri-ciri anak generasi alfa adalah tidak lepas dari gadget, fokus dan terobsesi pada produk baru yang berhubungan teknologi, kurang bersosialisasi, kurang daya kreativitas, malas meningkatkan kemampuan serta saudara kandung sangat sedikit, kemungkinan anak tunggal sangat besar.
Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua ketika mengasuh dan mendidik anak generasi alfa menurut Aldrin. Antara lain :
1. Peka terhadap perubahan zaman
Orangtua mau tak mau harus peka terhadap perubahan zaman dan mengikuti perkembangan teknologi. Dengan begitu, dapat membimbing anak untuk menggunakan teknologi secara bijak dan tepat.
“Generasi ini sangat melek teknologi. Dalam hitungan sebentar saja, mereka dapat menguasai teknologi yang makin canggih. Ya, bagaimanapun pengasuhan dan pendidikan anak perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman sang anak yang notabene terus dipengaruhi perkembangan teknologi,” ujar Aldrin.
2. Selalu damping anak saat menggunakan teknologi
Akses informasi yang demikian terbuka memudahkan anak untuk membuka konten apa saja. Meski telah diupayakan pemblokiran, selalu saja ada celah untuk bisa masuk ke area terlarang, misalnya pornografi. Karena itu, orangtua perlu mendampingi anak dalam menggunakan sarana teknologi.
3. Asah rasa ingin tahu
Kecanggihan teknologi merangsang anak untuk selalu ingin tahu. Karena itu, biarkan anak kreatif mengutak-atik teknologi. Tentu sejauh orangtua harus tetap memantau jangan sampai mengakses area terlarang.
4.Jalin komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah antara orangtua dan anak sangatlah penting. Di era kecanggihan teknologi, komunikasi tatap muka sepertinya sudah menjadi nomor dua. Kebanyakan individu cenderung menggunakan sarana teknologi dalam berkomunikasi. Padahal dengan komunikasi dua arah atau tatap muka, selain menciptakan bonding, kita juga akan lebih bisa menggali apa yang ingin diketahui anak, apa yang ingin diceritakan, atau masalah apa yang dihadapinya.
5. Asah kemampuan sosialisasi
Selain persoalan komunikasi, sosialisasi juga cenderung jadi perkara yang dialami anak generasi ini. Kemampuan bersosialisasi mereka cenderung kurang karena lebih asyik dengan teknologi. Karena itu, orangtua perlu mengajarkan anak bersosialisasi. Mulai dari hal sederhana, misalnya, bermain dengan anak tetangga, berkunjung ke rumah saudara, kerabat, dan sebagainya.
Mengasah kemampun bersosialisasi juga sekaligus mengasah emosinya. Misalnya, bagaimana bersikap ketika menghadapi teman yang jahil. Bersosialisasi juga mengurangi anak untuk tidak terlalu banyak berkutat dengan teknologi sehingga aktivitasnya jadi seimbang. Bila memungkinkan libatkan mereka pada suatu komunitas kegiatan sehingga semua kemampuannya terasah baik komunikasi, sosialisasi, dan emosi.
6. Bekali dengan nilai-nilai
Diakui teknologi membawa manfaat sekaligus dampak negatif. Adalah menjadi tugas orangtua untuk menjelaskan mana yang boleh dan tidak, mana yang positif dan negatif dari setiap akses teknologi yang digunakan anak.
Selain itu, bekali dan bentengi anak dengan nilai-nilai agama, etika, serta akhlak yang baik. “Kelak, tanpa didampingi pun ia akan bertanggung jawab terhadap dirinya. Otomatis ada kontrol dari dalam diri yang menentukan apakah memilih yang baik atau buruk, yang positif atau negatif dan seterusnya,” urai Aldrin soal mengasuh dan mendidik anak generasi alfa.(aah)
Ringkasan Artikel dari sumber :
http://tabloidnova.com/Keluarga/Anak/Orangtua-Begini-Cara-Mengasuh-Dan-Mendidik-Anak-Generasi-Alfa
http://tabloidnova.com/Keluarga/Anak/Menyambut-Lahirnya-Anak-Generasi-Alfa-Yang-Melek-Digital