Article Detail
Memaknai Peringatan Hari Guru
Engkau patriot pahlawan bangsa ...tanpa tanda jasa, sepenggal lirik lagu yang dinyanyikan dengan penuh semangat oleh para guru muda, membuka kegiatan pembinaan guru muda Yayasan Tarakanita Kantor Wilayah Yogyakarta. Peringatan hari guru, 25 November 2013 tidak sekadar diisi dengan upacara bendera, namun mereka diajak untuk mendalami, merefleksikan, dan merumuskan kembali panggilan hidup mereka sebagai guru di sekolah Swasta, Katolik, dan Tarakanita. Bertempat di Kantor Yayasan Tarakanita Wilayah Yogyakarta, para guru yang tergabung dalam kelompok guru muda atau usia pengangkatan di bawah lima tahun ini saling berbagai pengalaman dan belajar bersama tentang visi misi pendidikan Yayasan Tarakanita, Manajemen Pendidikan dan Manajemen SDM yang dijalankan.
Dalam pengantarnya, Bapak V Banu Hastha Kunjana mewakili kepala kantor menyampaikan pentingnya peran guru muda sebagai tulang punggung dan generasi penerus lembaga pendidikan Tarakanita. Sebagai guru muda memang biasanya banyak pekerjaan yang ditanggung, berperan di manapun dan apapun kegiatannya atau dalam bahasa jawa diistilahkan “bala dupakan”. Namun demikian, hal tersebut sejalan dengan doa pertama Bunda Elisabeth pendiri kongregasi “... berilah aku bagian dalam dukaMu...”, begitu beliau menambahkan. Kita juga perlu melihat keluar, bagaimana spiritualitas Muhammadiyah berkembang begitu hebat. Para guru Yayasan Muhammadiah berpendapat bahwa mengajar adalah dakwah tanpa memperhitungkan balasan materi yang akan didapat. Andaikata semua guru memegang falsafah tersebut akan menjadi kekuatan di dunia pendidikan kita, karena guru merupakan ujung tombak dunia pendidikan formal.
Menambah luar biasa hari itu dengan kehadiran Suster Luisa CB, Kepala Divisi Pendidikan Yayasan Tarakanita Pusat Jakarta menjadi salah satu fasilitator dalam acara hari itu. Beliau mengajak para guru muda untuk memahami visi misi Yayasan dengan cara yang kontektual. Para guru dibagi dalam beberapa kelompok dan diminta untuk memberikan solusi atas studi kasus yang diberikan. Dengan demikian visi misi sebenarnya bukan sesuatu yang abstrak dan sulit dipahami tetapi visi misi muncul dalam kegiatan sehari-hari para guru baik di sekolah, maupun di masyarakat pada umumnya. Dari sharing yang dilakukan ternyata tidak semua guru awalnya memiliki cita-cita menjadi guru, tetapi setelah mengalami proses akhirnya semua sepakat dan memantap diri menjadi seorang pendidik.
Bagian berikutnya, para guru diajak untuk menyadari akan tugas dan posisinya dalam manajemen pendidikan Yayasan Tarakanita. Dengan demikian, semua akan berperan serta pada fungsinya masing-masing secara optimal sehingga lembaga pendidikan Yayasan Tarakanita akan terus berkembang. Pada bagian akhir, para guru muda dipaparkan bagaimana Sumber Daya Manusia (SDM) Yayasan Tarakanita akan dikelola ke depannya. Pengelolaan SDM tersebut mengalami pergeseran dari berbasis usia menjadi berbasis kompetensi. Kedepan sangat dimungkinkan orang-orang menjadi pemimpin dalam struktur organisasi Yayasan Tarakanita jika ia memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Hal tersebut setidaknya memberi harapan kepada para generasi muda untuk memberikan yang terbaik kepada Yayasan Tarakanita.
Abadi dan jayalah Yayasan Tarakanita.... (al-x)-
there are no comments yet