Article Detail

Setiap Jengkal Tanah adalah Kudus

Dalam kisah penciptaan, manusia berasal dari tanah yang diberi roh oleh Allah. Ketika raga kita terpisah dari roh pun akan kembali menjadi tanah. Ibu bumi menjadi tempat kita hidup, dan makanan makluk hidup semua bersumber darinya. Sudahkah kita berterima kasih pada tanah yang memberi kita makan? Dan bagaimana sikapku terhadap tanah, ibu bumi ini? Pertanyaan refleksi ini menjadi pengantar dalam kegiatan Pelatihan Pengelolaan Energi yang diadakan di Aula Kantor Tarakanita Wilayah Yogyakarta (Selasa, 4 Maret 2014).

Manusia akhir-akhir ini semakin tidak peduli dengan kesuburan tanah, sehingga tanah semakin hari semakin tercemar oleh sampah. Memang manusia tidak bisa lepas dari sampah tetapi kita bisa mengurangi dan memanfaatkan sampah. Sr. Marisa CB, sebagai nara sumber lebih lanjut menyebut sampah adalah energi yang belum terolah. Sampah pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat dikelola menjadi pupuk dan sampah anorganik dapat didaur ulang.

Dalam kesempatan tersebut para Pembantu Pelaksana dan beberapa suster dari Syantikara dan Provinsialat CB yang menjadi peserta, mendapatkan materi cara membuat pupuk dengan menggunakan MOL (mikro organisme lokal). Bahan pembuat MOL yaitu tape singkong, gula pasir dan air. Cara pembuatan MOL, 1 ons tape singkong dicampur dengan gula pasir 5 sendok makan dan dilarutkan kedalam air kurang lebih 1,5 ml. diamkan campuran tersebut dan biarkan keadaan botol terbuka supaya oksigen dapat masuk dalam laruta tersebut. Mikro organisme akan berkembang biak dan pada hari ketiga MOL tersebut sudah dapat digunakan. Kegunaan dari MOL adalah sebagai starter pembuatan kompos, pupuk cair, untuk diminum sebagai pengganti yogurt, bakteri pengurai pada septiktank, pengharum ruangan yang alami. Setelah menerangkan dan mempraktikan pembuatan MOL, Suster Marisa juga menerangkan cara membuat pupuk dari daun atau sisa makan salah satunya dengan keranjang takakura. Dengan mencampurkan MOL ke dalam sampah organik maka pupuk organik dapat dibuat sendiri. Suster mengingatkan agar dalam proses pembuatan pupuk organik, kita harus tetap memperhatikan cara yang benar karena jika salah prosedur maka selama proses pembuatan pupuk akan timbul bau yang menyengat dan tidak sedap. Sampah anorganik diusahakan dipilah menjadi sampah yang bisa didaur ulang dan yang tidak, apabila memang tidak bisa didaur ulang maka sebaiknya di buang ke TPA dan jangan dibakar.

Seluruh karyawan terlebih Pembantu Pelaksana bisa menjadi pelopor dan ujung tombak dalam pemilahan dan pengolahan sampah. Mulai dari proses pemilahan sampah sampai pemanfaat ulang, supaya siklus kehidupan ini terus berlangsung. Dengan kesadaran ekologi pada masa prapaskah ini, kita diajak membangun semangat pertobatan ekologis bahkan kalau bisa berpantang menggunakan plastic dan steroform. Mari kita bangkit bersama kemuliaan-Nya mengkuduskan tanah di sekitar kita.
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment