Article Detail

Yayasan Tarakanita Merawat Rumah Kita Bersama Gelombang 2

Salah satu komponen pendukung strategi map Yayasan Tarakanita ialah perspectives environment. Pada perspektif environment Yayasan Tarakanita memiliki kegiatan pengembangan dalam gerakan KPKC (Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan). Guna mendukung gerakan tersebut Yayasan Tarakanita telah menjalin kerjasama dengan Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup (Eco Learning Camp). Pada Selasa s.d. Sabtu, 18 s.d. 22 Juni 2019 yang lalu berlokasi di Eco Camp Jl. Dago Pakar Barat No.3 Bandung, Jawa Barat, Yayasan Tarakanita mengirimkan 10 guru dan karyawan dari perwakilan tujuh wilayah untuk mengikuti kegiatan Merawat Rumah Kita Bersama Gelombang 2. Pelaksanaan kegiatan selama 5 hari dan 4 hari tersebut diikuti oleh total 21 orang peserta yang terdiri dari:

  • 10 Guru dan Karyawan dari Yayasan Tarakanita
  • 1 Suster dari kongregasi Suster-Suster Cintakasih St. Carolus Borromeus (CB)
  • 2 Suster dari tarekat Fransiskan Misionaris Maria (FMM)
  • 4 Guru dari Yayasan Strada
  • 4Orang dari perseorangan(2orang mahasiswa dan 2 orang pensiunan)

Materi dan kegiatan dibawakan oleh Rm. Ferry Sutrisna Wijaya selaku pengurus Eco Camp, Ibu Shierly Megawati Purnomo selaku Ketua Yayasan berserta suami yaitu Pak Alek yang juga memberikan materi. Serta kakak-kakak pendamping kegiatan diantaranya Kak Adi, Kak Dewi, Kak Regi, dan Kak Nugrah yang juga mendapat gelar ksatria shambala. Istilah ksatria shambala diambil dari kisah dimana tiba suatu zaman ketika dunia sudah berantakan dan carut marut. Para ksatria shambala inilah yang akan menyelamatkan dunia dari keadaan yang berantakan tersebut dengan bekal kasih dan kesadaran ekologis.

 

Sesuai dengan nama Yayasan yang menaungi Eco Learning Camp, di sana merupakan tempat sahabat lingkungan dan tempat yang sungguh memperjuangkan kelestarian lingkungan hidup dengan pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan diantaranya: menghargai udara bersih sehingga terdapat larangan merokok, peserta harus bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan, hanya ada satu lokasi tempat sampah, Eco Camp tidak menyediakan tisu: di meja makan disedikan lap yang bisa digunakan oleh peserta, mencuci piring tidak menggunakan bahan kimia yaitu sabun, namun menggunakan cairan lerak, listrik berasal dari solar panel yaitu dari energy sinar matahari sehingga peserta diminta untuk hemat dalam penggunaan listrik. Di Eco camp tidak menyediakan makan dari unsur hewani sehingga makanan utama di sana adalah sayur. Pola makan yang diterapkan yaitu makan secukupnya, tidak berlebihan. Peserta diwajibkan menghabiskan makanan yang sudah diambil. Pada saat makanpun peserta diajak untuk makan dengan penuh kesadaran (mindfulness eating) dengan bersyukur dengan makanan yang ada, menghargai setiap tokoh yang berjuang untuk makanan kita dan berkeadilan.

Selain itu, terdapat tiga saat bermakna yang dilakukan di Eco Camp, yang pertama membumi, yaitu menghadirkan kesadaran yang utuh memaknai setiap peristiwa, terdapat delapan jenis membumi yaitu Di Eco Camp terdapat delapan macam membumi diantaranya; Ketuk Pintu, Napas Kehidupan, Benih, Denyut Jantung, Tanah Tulangku, Circle wisdom, Senyum, dan 4 Penjuru Mata Angin. Kedua yaitu saat hening pada pukul 12.00 WIB & 15.00 WIB, guna menyempatkan diri untuk mendengarkan suara alam yang tidak pernah dikatakan. Ketiga adalah melambat, supaya bisa melihat segala sesuatu dengan seksama.

Eco Learning Camp merupakan tempat yang ajaib. Peserta diberikan banyak materi yang tujuannya adalah menyadarkan kembali bahwa manusia memiliki peran sebagai manusia yang berkualitas. Manusia berkualitas adalah adalah manusia yang memiliki kesadaran dalam seluruh perilakunya, bukan hanya sekedar terampil atau terlatih, apalagi sekedar mengikuti trend atau hobi. Namun dengan mampu merawat bumi diawali dengan kesediaan untuk berguru pada bumi dan yang mampu memelihara lingkungan.

Tindak lanjut kegiatan tersebut adalah peserta melakukan aksi perubahan yang nyata demi menjaga lingkungan, salah satu hal sederhana yang dapat dilakukan adalah mengurangi menghasilkan sampah plastik. Peserta yang mengikuti kegiatan diharapkan menjadi sebuah harapan munculnya gerakan kecil bagi kelestarian lingkungan dan demi keberlangsungan hidup anak cucu kita kelak. 

Seluruh kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan menyenangkan dan terjalin keakraban yang hangat dari tiap peserta. (Wikanti)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment