Article Detail

Eyang Sumiyati, Satu dari 3 Srikandi Tarakanita Tempo Dulu

Kebugaran dan keceriaan terpancar jelas dari eyang Sumiyati. Seorang pensiunan yang dulu pernah bekerja sebagai karyawan unit Yayasan Tarakanita era tahun 1965 – 1999 dan kini telah berusia 85 tahun. Sebuah kejutan dan penghiburan bagi beliau ketika kami para penerusnya di Yayasan Tarakanita mengunjunginya. Sapaan hangat dari beliau menyadarkan kami akan sebuah jalinan rasa yang mengikat kuat yaitu sebuah rasa sebagai keluarga besar Yayasan Tarakanita. Kami sungguh sangat bersyukur eyang Sumiyati saat ini dalam kondisi yang sehat diusianya yang penuh kemurahan Tuhan. Komunikasi kami mengalir begitu membahagiakan, rasa penasaran akan perjalanan sejarah Yayasan Tarakanita dimasa lampau membuat kami terus menggali cerita tentang Tarakanita diwaktu beliau masih aktif sebagai bagian didalamnya. 

Yayasan Tarakanita berdiri secara resmi di tahun 1952, perjalanan panjang yang pastinya penuh dinamika. Eyang Sumiyati menjadi saksi hidup lika-liku perjalanan Tarakanita dari era revolusi sampai era reformasi, dari era kepemimpinan Sr. Bernadia CB sampai Sr. Surani CB. Sekitar tahun 1965-1975 bangsa Indonesia mengalami gejolak politik yang sangat mempengaruhi sendi-sendi kehidupan baik dalam bidang sosial-ekonomi maupun tata kelola pemerintahan. Suatu kondisi yang sangat penuh tantangan dalam menghadirkan karya pendidikan bagi masyarakat luas. Beliau terkesan ketika awal-awal ia bergabung dengan Yayasan Tarakanita kedisiplinan dan kemandirian senantiasa ditanamkan oleh Suster Xaveria CB serta rekan-rekan di Kantor Yayasan. Era tahun 60-70an Yayasan Tarakanita hanya mempunyai staff tiga orang yaitu Ibu Munarto, Ibu Sunarti dan Ibu Sumiyati. Mesti ada pembagian tugas yang sudah ditentukan tetapi dalam praktiknya mereka akan selalu saling membantu. Dapat kami bayangkan betapa hebatnya mereka dimana dengan jumlah staff yang sangat terbatas tetapi harus mengurusi Yayasan Tarakanita. Padahal karya Yayasan Tarakanita waktu itu dari yang berada di Lahat, Bengkulu, Jakarta, Jawa Tengah dan Yogyakarta sendiri sebagai pusat Yayasan Tarakanita. Belum lagi ketika mereka juga harus menghadiri undangan pertemuan dari Dinas Pendidikan maupun pihak ketiga, waktu bekerja mereka menjadi terasa sangat padat. Tidak jarang mereka membawa pulang pekerjaan kantor karena tuntutan batas waktu yang harus pekerjaan itu selesai. Satu hal yang dapat kami petik dari pengalaman Eyang Sumiyati selama berkarya yaitu beliau merasa Tuhan sungguh hadir dan menyertai perjalanan Yayasan Tarakanita melalui tangan Suster-suster CB. 

Perjumpaan penuh inspirasi ini rasanya perlu selalu terjalin, doa kami untuk kesehatan dan kebahagiaan eyang Sumiyati. Terimakasih atas jasa-jasanya selama berkarya di Yayasan Tarakanita. Semoga Tarakanita juga semakin berkembang, bertambah banyak orang yang dapat merasakan pelayanan yang bermutu yang kesemuanya itu demi kemuliaan Tuhan. Salam hormat dan doa kami untuk para pensiunan Yayasan Tarakanita, Tuhan menyertai kita semua.

(Agusyogo) 


Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment