Article Detail

Membanggakan, Siswa SMP Stella Duce I Jogja Pakai Seragam Batik Buatan Sendiri







RADAR JOGJA - SMP Stella Duce I Jogja berkomitmen melestarikan batik dengan cara yang tidak biasa. Para siswa diajak membatik, kemudian dijadikan baju seragam dan digunakan seminggu sekali. Kepala Sekolah SMP Stella Duce I Jogja Joko Sunarno mengatakan pada 2012 sekolah berhasil mendapatkan rekor MURI sebagai pelopor batik buatan sendiri. Komitmen itu terus berlangsung hingga saat ini. "Anak-anak membuat batik sendiri, dijahitkan kemudian dijadikan seragam sekolah dan dipakai setiap hari Jumat," ujarnya di sela-sela acara membatik bersama orangtua, Senin (3/10/2023).


Pembuatan batik dikonsep semenarik dan seasik mungkin. Sehingga para siswa tidak terbatas dan terkungkung pada motif tertentu. Justru mereka diajak berkreasi dan membuat batik bisa diterima oleh generasi sekarang. Melalui konsep ini, maka batik tidak lagi dimaknai sebagai sesuatu yang kuno dan membosankan bagi generasi muda. Dan kegiatan ini sekaligus bukti bahwa anak tetap memahami budaya, tidak tergerus budaya barat ataupun K-pop yang belakangan ini menjadi ancaman bagi budaya asli Indonesia."Kita tidak menetapkan motif tertentu, gak harus batik gaya Jogja, Kalimantan, Cirebon tapi kita membebaskan anak sesuai kesukaan mereka," ujarnya.

 

Misalnya saja, siswa yang suka dengan hewan dan tumbuhan, bisa berkreasi dengan motif tersebut. Namun harus menyertakan aksara Jawa sebagai identitas dan menjadikan warisan budaya tidak hilang. Tetap nguri-uri budaya. "Mereka bebas berkreasi, hasil karya mereka dipakai sendiri. Di situ kebanggaan jadi tidak kesulitan, mereka bangga. Sesuai dengan selera mereka. Harus jadi baju dipakai setahun," jelasnya. Sementara itu, acara membatik bersama orangtua sebagai peringatan hari Batik. Pemateri workshop ialah para siswa kelas 9 yang membagikan pengalaman mereka dalam belajar  memuat cap dan membatik.

 

Pada kesempatan yang sama, sekaligus digelar karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dari kelas 7 dan 8 dari proses pembelajaran  P5 di sekolah. Kelas 7 mengambil tema Berekayasa dan Berteknologi membangun NKRI dengan sub tema Bentang Alamku. Siswa diajak peka dan peduli terhadap lingkungan terutama masalah sampah. Sedangkan Kelas 8 mengambil tema Bhinekka Tunggal Ika. Siswa diajak mengenal budaya Nusantara dari Sabang Merauke.

 

Panitia acara membatik bersama orangtua berasal dari kelas 9. Diantaranya Bernadine lilian trisha utami dan Jophiel Namora Utami Silalahi. Menurut mereka, acara sangat menyenangkan dan menginspirasi.  "Ada 40 orangtua datang ke sekolah. Tadi orangtua disuruh buat cap sesuai keinginan, lalu cap digunakan untuk ngecap," ujar Jophiel. "Acara sangat menginspirasi ya. Kami juga sambil belajar bagaimana membuat acara. Dan kami juga ikut bersenang-senang. Seru," ujar Bernadine. (lan).

 

 

Editor: Bahana.

Sumber: Radar Jogja

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment